Individu, Keluarga dan Masyarakat
Pertumbuhan Individu
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata yunani
yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham
individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang
peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang
terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas
atau spesifik dalam kepribadiannya.
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan
sebagai perubahan kuantitatif pada materil sesuatu sebagai akibat dari adanya
pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau
pertambahan dari tidak ada menjadi tidak ada, dari kecil menjadi besar dari
sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan lain-lain.
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel
tubuh suatu organisme yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta
tinggi yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali pada keadaan semula).
Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, dimana suatu organisme yang dulunya
kecil menjadi lebih besar seiring dengan pertambahan waktu.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
1. Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh
yang utuh seperti kepala, tangan, kaki, dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan
bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan
biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang
memiliki karakteristik fisik yang sama.
2. Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula
pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan
dengan baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun
jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan
individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian
anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat
yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor
di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan
masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring
berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan
dengan lingkungan sekitar.
4.Faktor Natavistik
Faktor yang dibawa sejak lahir.
5. Faktor pendiri Emperistik dan Environmentalistik
Pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan
sedang dasar tidak berperan sama sekali.
6. Faktor pendiri konvengsi dan interaksionisme
ü
Konsepsi konvergensi
Menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan
oleh dasar ( bakat ) dan lingkungan.
ü
Konsepsi Interaksionisme
Berbanding dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara
dasar dan lingkungan dapat menentukan
individu.
Fungsi Keluarga
Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah “Ukuran
dari bagaimana sebuah keluarga
beroperasi sebagai unit
dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu
sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan
kualitas hubungan
keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas
kesehatan dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga (Families, 2010). “
Macam-Macam Fungsi Keluarga
Terdapat 8
fungsi keluarga dan
berikut penjelasannya antara
lain (Wirdhana et al., 2013) :
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak
mengenal, menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama,
sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik dengan keimanan
dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam
memberikan kesempatan kepada
seluruh anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa
yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan
Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh
terhadap hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak
dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta kasih lahir dan
batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan
keturunannya yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang
kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi
dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada
keluarganya dalam mendidikketurunannyasehingga dapat menyesuaikan kehidupannya
di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam
memberi kemampuan kepada
setiap anggota keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan
lingkungan yang setiap saat selalu
berubah secara dinamis.
Sementara menurut
WHO fungsi keluarga
terdiri dari (Ratnasari,2011) :
a. Fungsi
Biologis meliputi :
fungsi untuk meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat
anggota keluarga, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi Psikologi meliputi : fungsi dalam memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga,serta memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
meliputi : fungsi
dalam membina sosialisasi
pada anak, meneruskan nilai-nilai
keluarga, dan membina
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi meliputi
: fungsi dalam
mencari sumber-sumber
penghasilan, mengatur dalam pengunaan
penghasilan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang.
e. Fungsi Pendidikan
meliputi : fungsi dalam mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya,
menyekolahkan anak agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, serta
mempersiapkan anak dalam mememuhi peranannya sebagai orang dewasa untuk
kehidupan dewasa di masa yang akan datang.
Individu,Keluarga dan
Masyarakat
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah bagian terkecil
masyarakat yang terdiri aras kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Pengertian Keluarga Menurut Para
Ahli
ü
UU Nomor 52 Tahun 2009
Menurut Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I
Pasal 1 ayat 6, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
atas suami istri, atau suami, istri adan anaknya, atau ayah dengan anak (duda)
atau ibu dengan anaknya (janda).
ü
Departemen Kesehatan RI (1988)
Menurut Departemen Kesehatan RI,
Keluarga bagian yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
ü
UU. No. 10 Tahun 1992
Menurut UU. No. 10 Tahun 1992,
Keluarga adalah keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya.
ü
Sayekti (1994)
Menurut Sayekti, Keluarga adalah
suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama arau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anak sendiri atau adopsi yang
tinggal dalam sebuah rumah tangga.
ü
Narwoto Dan Suyanto (2004)
Menurut Narwoto Dan Suyanto,
Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata
sosial lainnya mengembang/meningkat.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan kesatuan
atau kelompok yang mempunyai hubungan serta
beberapa kesamaan seperti sikap, tradisi, perasaan dan
budaya yang
membentuk suatu keteraturan
Golongan Masyarakat
A.
Masyarakat modern
Masyarakat modern merupakan
masyarakat yang sudah
tidak terikat pada adat-istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan
segera ditinggalkan untuk mengadopsi
nila-nilai baru yang
secara rasional diyakini membawa
kemajuan, sehingga mudah menerima ide-ide baru (Dannerius Sinaga, 1988: 156).
Berdasar pada pandangan hukum, Amiruddin (2010: 205),
menjelaskan bahwa dalam
masyarakat modern mempunyai
solidaritas sosial organis. Menurut OK. Chairuddin (1993: 116), solidaritas organis didasarkan atas spesialisasi.
Solidaritas ini muncul karena rasa saling ketergantungan secara fungsional
antara yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok masyarakat. Spesialisasi
dan perbedaan fungsional yang seperti diungkapkan tersebut memang kerap
dijumpai pada masyarakat modern.
Selain adanya solidaritas organis, Amiruddin (2010: 206)
juga menjelaskan bahwa hukum yang terdapat dalam masyarakat modern merupakan
hukum restruktif yaitu hukum berfungsi untuk mengembalikan keadaan seperti
semula dan untuk
membentuk kembali hubungan
yang sukar atau kacau kearah atau menjadi normal. Jadi masyarakat modern
merupakan yang sudah tidak terpaku pada adat-istiadat dan cenderung mempunyai
solidaritas organis karena mereka saling membutuhkan serta hukum yang ada bersifat restruktif.
B.
Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional merupakan
masyarakat yang masih terikat dengan kebiasaan atau adat-istiadat yang telah
turun-temurun. Keterikatan tersebut menjadikan masyarakat mudah curiga terhadap
hal baru yang menuntut sikap rasional,
sehingga sikap masyarakat
tradisional kurang kritis
(Dannerius Sinaga, 1988: 152). Menurut Rentelu, Pollis dan Shcaw yang dikutip
dalam (P. J Bouman. 1980: 53) masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang
statis tidak ada perubahan dan dinamika yang timbul dalam kehidupan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat
tradisional merupakan masyarakat yang melangsungkan kehidupannya berdasar pada
patokan kebiasaan adat-istiadat yang ada di dalam lingkungannya. Kehidupan
mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
berasal dari luar
lingkungan sosialnya, sehingga
kehidupan masyarakat tradisional cenderung statis.
Menurut P. J Bouman (1980: 54-58) hal yang membedakan
masyarakat tradisional dengan masyarakat modern adalah ketergantungan
masyarakat terhadap lingkungan
alam sekitarnya. Faktor
ketergantungan masyarakat tradisional terhadap alam ditandai dengan proses
penyesuaian terhadap lingkungan alam. Oleh karena itu masyarakat tradisional
mempunyai karakteristik tertentu
yang menjadi ciri
pembeda dari masyarakat modern.
Adapun karakteristik pada masyarakat tradisional diantaranya:
1. Orientasi terhadap
nilai kepercayaan kebiasaan
dan hukum alam tercermin dalam pola berpikirnya
2. Kegiatan ekonomi
masyarakat bertumpu pada sektor agraris
3. Fasilitas
pendidikan dan tingkat pendidikan rendah
4. Cenderung
tergolong dalam masyarakat
agraris dan pada kehidupannya tergantung pada alam
sekitar
5. Ikatan
kekeluargaan dan solidaritas masih kuat
6. Pola hubungan
sosial berdasar kekeluargaan, akrab
dan saling mengenal
7. Kepadatan
penduduk rata-rata perkilo meter masih kecil
8. Pemimpin cenderung
ditentukan oleh kualitas
pribadi individu dan faktor keturunan (Dannerius Sinaga, 1988:
156).
Berbeda dengan karakteristik yang diungkapkan oleh Dannerius
sinaga, Selo Soemardjan (1993: 62-68) mencirikan masyarakat tradisional
berdasarkan pandangan sosiologis. Berikut karakteristiknya:
a. Masyarakat yang
cenderung homogen
b. Adanya rasa
kekeluargaan, kesetiakawanan dan
rasa percaya yang kuat antar para warga
c. Sistem sosial
yang masih diwarnai
dengan kesadaran kepentingan kolektif
d. Pranata adat yang
efektif untuk menghidupkan disiplin sosial
e. Shame culture
(budaya malu) sebagai pengawas sosial langsung dari lingkungan sosial manusia,
rasa malu menganggu jiwa jika ada orang lain yang mengetahui penyimpangan sistem
nilai dalam adat-istiadat.
Ciri-ciri
masyarakat tradisional berdasarkan
pandangan sosial berbeda dengan
ciri masyarakat berdasarkan
pandangan hukum. Karakteristik
masyarakat tradisional berdasarkan hukum dapat dilihat pada pendapat yang
dikemukakan oleh Amiruddin
(2010: 205), bahwa masyarakat tradisional
cenderung mempunyai solidaritas
sosial mekanis. Solidaritas mekanis merupakan solidaritas yang muncul
atas kesamaan (keserupaan), konsensus dan dapatnya saling dipertukarkan antara
individu yang satu dengan individu yang lain berada dalam kelompok itu. Tidak
ada kekhususan pada masing-masing individu (OK. Chairuddin, 1993: 115).
Berbeda dengan pendapat Selo Soemardjan (1993: 186) disiplin
hukum masyarakat tradisional terhadap hukum negara lemah. Akan tetapi
disiplin terhadap hukum
adat cukup kuat.
Sosial control dan
disiplin hukum adat akan digunakan
oleh masyarakat untuk mengatur
ketertiban tata hidup sosialnya.
Dari penjelasan tersebut,
dapat dimaknai keseragaman masyarakat
sering di jumpai
pada masyarakat tradisional lebih patuh terhadap hukum adat daripada negara atau hukum nasional. Dalam
masyarakat tradisional hukum yang ada bersifat represif. Hukum
dengan sanksi represif
memperoleh pernyataan hukumnya
yang utama dalam kejahatan
dan hukuman. Pelanggaran
peraturan-peraturan sosial
berarti kejahatan dan menimbulkan hukuman (Amiruddin, 2010: 204).
1.
Masyarakat non Industri
Secara garis besar,
kelompoknasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok
sekunder (secondary group)
(a)Kelompok Primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin
lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga
kelompok ”face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog,
bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab.Sifat
interaksidalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih
berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok, yaitu
menerima serta menjalankan tugas idak secara paksa, lebih dititik beratkan pada
kesadaran, tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati
dan secara sukarela. Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun
tetangga, kelompok belajar, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b) kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan
tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.Oleh karena itu, sifat
interaksi, pembagian kerja antar anggota kelompok di atur atas dasar
pertimbangan-pertimbangan rasional. Obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/tugas atas dasar
kemampuan : keahlian tertentu, disamping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu
diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah dif lot dalam
program-program yang telah disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder,
misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi
profesi dan sebagainya.
2. Masyarakat Industri
Jika pembagian kerja bertambah
kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas
didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok
masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri
dari bagian atau kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat
diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara
mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut,
tukang las, ahli mesin, ahli listrik, ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara
mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula,
ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian
semakin komplek pembagian kerja, semakin banyak tibul kepribadian individu.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolakdari berkembang pesatnya
industrialisasi, terutama didaratan Eropa. Hal tersebut telah melahirkan bentuk
pembagian kerja antara majikan dan buruh. Laju pertumbuhan industri-industri
membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majikan lebih nyata. Akibatnya
terjadi konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum pekerja membentuk
serikat-serikat kerja/serikat buruh.
Perjuangan kaum buruh semakin meningkat, terutama di
perusahaan-perusahaan besar. Ketidakpuasan kaum buruh terhadap kondisi kerja
dan upah semakin meluas. Ketidakpuasan buruh menjadi bertambah, karena kaum
industrialis mengganti tenaga manusia oleh mesin-mesin. Dengan demikian,
pembagian kerja semakin timpang dan tidak adil.
Hubungan antara
Individu Keluarga dan Masyarakat
Aspek individu, keluarga, dan
masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga,
masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak
lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan
kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai
potensinya sebagai manusia.
Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam
hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu
mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu
bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan
kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan
lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu
mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai
hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang
mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer,
Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan
sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang
mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu.
Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan
media keluarga dan masyarakat.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi ialah masalah yang cukup serius bagi kita semua.
Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan
berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan
penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan
pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera
dicarikan jalan keluarnya.
Proses Terjadinya Urbanisasi di karenakan
faktor urbanisasi, antara lain factor – factor urbanisai di bagi menjadi 3
yakni :
A. Faktor Penarik
Terjadinya Urbanisasi
1.
Kehidupan kota yang lebih modern
2.
Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
3.
Banyak lapangan pekerjaan di kota
4.
Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1.
Lahan pertanian semakin sempit
2.
Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3.
Menganggur karena tidak banyak
lapangan pekerjaan di desa
4.
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5.
Diusir dari desa asal
6.
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C. Keuntungan Urbanisasi
1.
Memoderenisasikan warga desa
2.
Menambah pengetahuan warga desa
3.
Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
4.
Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
Sumber :
¯ https://gitaasaputri.wordpress.com/2013/12/12/pengertian-individu/
¯ http://dhimasgery.blogspot.com/2014/11/pertumbuhan-individu.html
¯ http://eprints.ums.ac.id/50669/5/SKRIPSI%20BAB%20II.pdf
¯ https://materibelajar.co.id/macam-macam-keluarga/
¯ https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf
¯ https://suparman11.wordpress.com/2013/11/17/hubungan-antara-individu-keluarga-dan-masyarakat/
¯ http://ajinovyanw.blogspot.com/2011/10/urbanisasi-dan-proses-terjadinya.html
Komentar
Posting Komentar